mubarak's

Wednesday, August 6, 2014

Matan Hadits Sahih

a.    Matan Hadits.[1]
1.      Pengertian yang terkandung dalam matan tidak boleh bertentangan dengan ayat alQur’an atau Hadits Mutawattir, walaupun keadaan rawi sudah memenuhi syarat dan kriteria
2.      Pengertian dalam matan tidak boleh bertentangan dengan Ijma’ Ulama.
3.      Tidak ada kejanggalan lainnya, jika disbanding dengan yang lebih tinggi kedudukan dan tingkatannya.

Hadits Sahih ditetapkan sebagai sumber agama dibawah haoleh  Ijma’ Ulama Fiqh, Ulama Hadits dan Ulama Ushulfiqh hukumnya wajib beramal dan menjadi Hujjah Syar’iyah.
Bila kita dapatkan didalam kitab dan buku ada tulisan “ هذا حديث صحيح” maka dapat kita pahami bahwa hadits tersebut ada padanya 5 syarat yang telah disebutkan diatas. Dan bila kalimat “ هذا حديث غير صحيح”, maka maksudnya hadits tersebut tidak ada ke-lima syarat tersebut atau sebahagiannya saja.[2]
Hadits shahih tidak ada pertentangan dan rintangan tentang hujjahnya hadits shahih, kekuatan hukumnya sangat akurat, wajib beramal dengan hadits shahih. Firman Allah Ta’ala:
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya :"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya" (Al-Hasyr 59:7)
Para ulama membagi hadits Shahih kepada dua macam:[3]
a.    Shahih li Dzatihi (صحيح لذاته)
فالصحيح لذاته وهو الذي اشتمل على أعلى صفات القبول[4]
Hadits Shahih li Dzatihi yaitu seperti definisi yang telah disebutkan dahulu, hadits yang sudah memenuhi segala persyaratannya atau sifat haditsnya yang maqbul secara sempurna, dinamakan “shahih li Dzatihi” karena telah ada  semua syarat shahih, kesahihan sudah tercapai dengan dengan diri hadits tersebut.
b.    Shahih li Ghairihi( صحيح لغيره)
فالصحيح لغيره هو الحديث الذي لم تتوفر فيه أعلى صفات القبول[5]
Hadits Sahih li Ghairihi adalah hadits yang tidak mempuyai keseluruhan syaratnya berada dibawah tingkatan sahih, menjadi sahih karena hadits itu diperkuat oleh hadits – hadits yang lain, sekiranya hadits tersebut tidak ada yang menguatkannya dan yang mendukungnya, maka hadits tersebut berada pada tingkat Hadits Hasan, pada hakikatnya Hadits Sahih li Ghairihi nama lain dari Hadits Hasan li Zatihi.[6]
Dalam kitab Taisir Mustlah Hadits didefinisikan dengan:
الحسن لذاته إذا روي من طريق آخر مثله أو أقوى منه وسمي صحيحا لغيره  لأن الصحة لم تأت من ذات  السند, وإنما جأت من انضمام غيره له[7]
Maka Hadits shahih lighairihi merupakan hadits hasan li dzatihi yang diriwayatkan dari jalur lain yang semisal, atau yang lebih kuat. Dinamakan dengan hadist shahih lighairihi karena keshahihannya tidak berasal dari sanadnya itu sendiri, melainkan berasal dari jalur lain yang turut bergabung.
Contoh Hadits Sahih Li Ghairihi:
(( لولا أن اشق على امتي لأمرتهم بالسواك عند كل صلاة ))
فهذا حديث رواه الترمذي بإسناد حسن , ورواه البخاري ومسلم عن طريق آخر بإسناد صحيح فصار الحديث الذي رواه الترمذي (( صحيحا لغيره)).
Hadits ini termasuk Hadits Sahih Li Ghairihi, diriwayatkan oleh Turmidzi, dan juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Tariq lain dengan Isnad Sahih.




[1] Drs. H. Muhammad Ahmad – Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadis, Cet. 3, ( Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 104 - 105
[2] Mahmud Atthahan, Taisir Mustalah Hadits, ..., h. 32
[3] Muhammad ‘Ajjaj alKhatib, Ushulul Hadits: Ulumuhu wa Mustalahuhu,Cet. 2, ( Bairut: Dar alFikri,1971), h. 306
[4] Muhammad ‘Ajjaj alKhatib, Ushulul Hadits: Ulumuhu wa Mustalahuhu, …, h. 306.
[5] Muhammad ‘Ajjaj alKhatib, Ushulul Hadits: Ulumuhu wa Mustalahuhu,...., h. 306.
[6] Drs. H. Muhammad Ahmad – Drs. M. Mudzakir, h. 107.
[7] Mahmud Atthahan, Taisir Mustalah Hadits,,…., h. 43