Sejarah konstribusi
peradaban Islam melalui Perang Salib
a.
Perang Salib Sarana Mengalirnya Ilmu Pengetahuan Ke Barat.
Pasca penyerbuan selama 2 abad selamanya, para tentara
salib telah menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ada di timur. Mereka
melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh kaum muslimin di timur
dari segi ilmu militer, ilmu pertambangan, ilmu pemerintahan, ilmu navigasi
(pelayaran) dan lainnya, sehingga mereka mentranformasi budaya, peradaban
(civilization) dan keilmuan ke barat.[1]
Tentara salib membawa apa saja ke Eropa yang didapatkan di timur berupa buku –
buku pengetahuan, dan lain sebagai
nya.[2]
Setelah perang salib berakhir maka bangsa Eropa mengenal
lebih dekat tentang dunia Islam dan bangsa timur, terjadi pertukaran ide,
pemikiran dan peradaban. Pertumbuhan intelektual di barat lebih maju dan
timbullah gerakan reaisance di Eropa.[3]
Sehingga dapat kita katakan bahwa kemajuan di Eropa merupakan hasil
Transformasi peradaban dari Bangsa Timur.
Perang salib telah menimbulkan
beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang salib membawa kontak
lansung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan timur dan barat. Kontak
dan hubungan ini menimbulkan saling tukar pikiran antara dua belah pihak.
Pengetahuan orang timur yang progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi
pertumbuhan intelektual Eropa Barat. Hal ini sangatlah penting yang dapat
menumbuhkan Renaisans di Eropa. [4]
Keuntungan perang salib bagi Eropa adalah
menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut,
kincir angina, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui
cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industry timur yang lebih
berkembang.[5]
Kegiatan perdagangan lebih mengarah pada
perkembangan kegiatan maritime diLaut Tengah, orang – orang Islam yang pernah
mengusai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, dengan demikian orang Eropa bebas
menggunakan jalur laut melalui Laut Tengah tersebut.[6]
Perang salib memberi dampak yang signifikan,
perang salib beararti perjumpaan antara dunia yang biadab dengan dunia yang
berkebudayaan tinggi. Orang-orang Islam tidak belajar suatu apapun dari
ksatria-ksatria buas dari Timur. Mereka kagum terus-menerus. Yang paling
penting bagi sejara gereja ialah bahwa orang-orang Arab menjadi guru filsafat
bagi mereka. Sesungguhnya, filsafat yang mereka peroleh dari orang Arab itu
ialah filsafat Yunani.[7]
[7] Th. Van Den
End, Sejarah Perjumpaan Gereja Dan Islam, (Jakarta: Sekolah Tinggi
Teologi, 1997 ), hlm. 84